Gaet Lady Gaga demi debut penyutradaraan A Star is Born, dunia pun riuh membicarakannya. Lebih dari sekadar aktor, Bradley Cooper kini sutradara, meski berbekal nekad.
Mendadak dunia riuh bicarakan A Star is Born. Dibintangi penyanyi Lady Gaga, selebritas yang suka lakukan hal-hal kontroversial, inilah film yang sukses raih $ 200 juta secara global pada pekan ketiga perilisannya. Padahal, bujet yang dikucurkan Warner Bros. hanya $ 36 juta saja.
A Star is Born adalah kisah impian klasik Hollywood. Pernah didaur ulang berkali-kali (1937, 1954 dan 1976), versi baru yang juga diperani sekaligus jadi debut penyutradaraan Bradley Cooper ini, kembali sukses: Disukai penonton, dipuji kritikus, dan hasilkan penjualan tiket yang ciamik. Bergenre drama dan musik percintaan yang mengusung isu sosial terkini, film ini kisahkan perempuan biasa yang berbakat menyanyi. Bertemu pria terkenal, penyanyi country yang bintangnya mulai meredup, keduanya bak ketemu jodoh. Bakat baru ditemukan dan siap jadi bintang. Sayang, sebuah masalah krusial mendadak muncul ke permukaan, sang pria kecanduan alkohol.
Totalitas di semua lini, baik akting, keseriusan penyutradaraan, dan elemen sinematiknya bikin film ini layak gaet sejumlah nominasi Oscar tahun depan. Film ini juga sarana metamorfosa Bradley Cooper, dari aktor jadi sutradara mennjanjikan.
Bradley Cooper, “the pretty boy”
Masih segar dalam ingatan, Bradley Cooper satu dari aktor konyol dalam The Hangover (2009) bersama Ed Helms, Zach Galifianakis, Justin Bartha dan Ken Jeong. Meski sebelumnya tampil di banyak seri TV, film inilah yang mengangkat namanya. Padahal, Cooper debut karier profesionalnya jauh sebelum itu, di antaranya saat adu akting dengan Sarah Jessica Parker di salah satu episode ser TV Sex and the City (1998).
Bekal sebagai pemegang gelar Master of Fine Arts di Actors Studio Drama School di New School University memang meyakinkan banyak sutradara. Tapi ia belum cukup membetot perhatian meski tampil di My Little Eye (2002), dan Bending All the Rules (2002). Juga pendukung bagi Owen Wilson, Vince Vaughn dan Rachel McAdams dalam Wedding Crashers (2005); atau bersama Matthew McConaughey dalam Failure to Launch (2006). Seorang agennya pernah mengaku, dulu menggaetnya bukan karena latar pendidikannya, tapi karena Cooper tipe pretty boy yang bisa fotogenik di depan kamera.
Setelah The Comebacks (2007), The Rocker (2008), The Midnight Meat Train (2008), Yes Man (2008) dan He’s Just Not That Into You(2009), aktingnya mulai disukai lewat Limitless (2011), juga The Words, di mana Cooper adu akting dengan Dennis Quaid, Olivia Wilde dan Jeremy Irons.
Kehadirannya ‘baru’ diperhatikan lewat The Place Beyond the Pines (2012) yang gaet nominasi di berbagai festival, dan tampil dengan nama besar Ryan Gosling dan Eva Mendes. Ia jadi sorotan lewat The Silver Linings Playbook (2012) besutan David O. Russell, dinominasi Aktor Terbaik sementara Jennifer Lawrence lawan mainnya bawa pulang Penghargaan Aktris Terbaik di ajang Oscar 2013. Lewat sutradara yang sama, dalam American Hustle (2013) dan beradu akting dengan Christian Bale, Amy Adams, Jennifer Lawrence dan Jeremy Renner, ia lagi-lagi dinominasi Oscar lewat Aktor Pendukung Terbaik.
Sejak itu, dunia rela mengakui akting pria bernama lengkap Bradley Charles Cooper, si ‘The Sexiest Man Alive’ versi People pada 2011 itu. Di antaranya dalam Hit and Run (2012), Serena (2014), 10 Cloverfield Lane (2016), dan American Sniper (2014). Yang disebut terakhir ini, Cooper dinominasi Aktor Terbaik pada Oscar 2015.
Jadi sutradara berbekal nekad!
Apa yang memicunya menyutradarai proyek besar? Padahal, hampir semua temannya menyarankan untuk memulai proyek kecil, macam iklan TV atau klip video. Cooper menjawab, “Kau tak bisa kendalikan apa yang menggugahmu. Aku ingin membesut film kisah cinta yang luar biasa; dan pilihan itu jatuh pada daur ulang A Star is Born.”
Maka, Cooper dan semua kru penting pun melakukan napak tilas di bekas lokasi dan sisa set film versi 1976 yang diperani Barbra Streisand dan Kris Kristofferson itu. Semua terpesona, tak sabar terlibat daur ulangnya dengan semangat kekinian. Ia harus menyisihkan kandidat aktris utamanya, di antaranya Beyoncé dan Rihanna, dan membuka hubungan dengan Lady Gaga. “Tak akrab dengan musiknya, tapi aku terpesona penampilannya,” begitu pengakuan Cooper tentang Gaga. “Kami segera nyaman satu sama lain.”
Pernah menjalin hubungan dengan Renée Zellweger, Cooper pada 2017 menjadi ayah dari puteri bernama Lea de Seine Shayk Cooper, hasil hubungan dengan sang kekasih, Irina Shayk, aktris dalam Hercules (2014).
Baru-baru ini ia menyelesaikan proyek The Mule besutan Clint Eastwood yang dirilis akhir tahun ini; juga sedang terlibat dalam Untitled Avangers Movie besutan Anthony Russo; juga Deeper di mana ia beradu akting dengan Gal Gadot, dan Atlantic Wall garapan Gavin O'Connor.
Tantangan berikutnya: Bernstein!
Cooper tampaknya segera punya mainan baru, yang menantang segala kemampuannya, Bernstein. Di biopik tentang Leonard Bernstein, komposer penuh karisma, konduktor orkes simponi yang sering mengiringi pentas drama di Broadway itu, Cooper akan jadi aktor dan penulis skenario. Sekaligus sutradara! Gila, bukan.
Tapi, apa yang membuatnya kini jadi sosok luar biasa? “Aku penggila film,” katanya. “Aku bahagia jadi bagian dari proses terciptanya sebuah cerita.” Bravo, Bradley Cooper!