Happy birthday, Salma Hayek! Tepat 2 September ini, ia 51 tahun. Setahun setelah memasuki momentum emasnya, ia tampil gemilang di Beatriz at Dinner. Tendangannya bahkan tetap tangkas di The Hitman's Bodyguard tanpa pemeran pengganti. Ia aktris luar biasa di zona keemasannya.
Ia tak hanya aktris terkaya di Meksiko saat ini, aktris Amerika Latin paling sukses setelah Carmen Miranda; di saat yang sama ia sosok amat membumi yang dimiliki Hollywood. Salma Hayek adalah eksotisme yang selalu aktual, dengan daya pukau tak pernah pudar sejak kehadirannya di dunia film.
Memperingati ulang tahun Salma Hayek seperti merayakan perjuangan diversitas, yang belakangan digaungkan sineas Hollywood, tapi ironisnya sedang dipatahkan Donald Trump. Filmnya yang dirilis Juni lalu, Beatriz at Dinner, besutan sutradara asal Puerto Rico Miguel Arteta, seolah menyindir kebijakan rasis presiden negeri adidaya itu. Ajaibnya, film itu disodorkan Arteta dan penulis Mike White bahkan saat Trump masih tahap kandidat awal, tak seorang pun menganggap serius pencalonannya saat itu.
Seperti diungkap Salma pada npr.org, dua sineas itu mengajaknya bertemu dua minggu sebelum ultahnya yang ke-49. Mereka membicarakan konsep drama satiris perbedaan kelas dan kultur, yang mengisahkan santap malam di rumah orang kaya yang terpaksa diikuti seorang perempuan terapis pijat, setelah memijat sang nyonya rumah dan saat akan pulang mobilnya mogok. Sang terapis yang akhirnya jadi bagian dari tamu pesta, bersitegang dengan salah satu tamu, pengusaha properti yang serakah, yang ekspansi proyek resornya hingga ke Meksiko.
Dua minggu kemudian, Salma mendapat ucapan ultah dari duo sineas itu dengan lampiran skrip. Salma yang kegirangan setuju, apalagi mereka bilang, ia yang paling tepat memerani terapis yang imigran asal Meksiko itu. Benar saja, Beatriz yang juga diperani John Lithgow dan Chloe Sevigny itu menuai pujian! Situs varierty.com menyebut film ini “drama komedi pertama (yang luar biasa) di era Trump.”
Salma dan Trump bahkan punya gosip sendiri. Pria yang kala itu tengah di puncak popularitasnya sebagai host sebuah reality show, mendapat nomor Salma dari pria yang pernah dikencaninya. Trump pun mengajak kencan aktris ini, dan sialnya ditolak. Rupanya obsesi Trump mengencani Salma terkuak media, yang saat dikonfirmasi, ia jawab dengan gugup, “Oh, tidak, Salma terlalu pendek, sih!”
Di filmnya yang lebih baru, The Hitman's Bodyguard besutan Patrick Hughes, lagi-lagi ia dipuji bermain menakjubkan. Ia bahkan menolak pemeran pengganti saat jumpalitan dan menendang lawan-lawan mainnya! “Dua minggu kemudian, badanku masih pegal dan menyisakan biru-biru,” akunya sambil ngakak. Didukung Ryan Reynolds, Samuel L. Jackson dan Gary Oldman, The Hitman’s Bodyguard siap ditayangkan secara streaming di CATCHPLAY.
Gadis Kecil Beruntung yang Usil dan Nekad!
Kegairahan pada seni peranlah yang membuat Salma Hayek memiliki tempat khusus di dunia sinema. Lahir di Coatzacoalcos, Veracruz, Meksiko dengan nama Salma Valgarma Hayek-Jimenez, ayahnya Sami Hayek Dominguez yang berdarah Libanon adalah pengusaha minyak yang sukses, sementara ibunya Diana Jiménez Medina, campuran Meksiko-Spanyol, seorang penyanyi opera. Mengharapkan warisan keluarga bisa bikin hidupnya tetap aman, tapi itu tak dilakukan Salma.
Sejak bocah ia tertarik seni peran. Setelah menonton Willy Wonka & the Chocolate Factory (1971) di bioskop lokal, keinginannya jadi aktris tak tertahankan. Di usia 12, ia bersekolah di Academy of the Sacred Heart di New Orleans, Louisiana, di mana ia ngerjain para biara dengan menyetel jam meja mereka tiga jam lebih awal! Ia pun banyak mendapat hukuman. Setelah berkuliah di Universidad Iberoamericana, Meksiko, ia siap mengejar karier aktingnya dengan serius.
Diawali dengan Teresa (1989), dengan cepat ia mendapat julukan bintang sukses di negerinya berkat opera sabun itu. Penasaran dengan film layar lebar dan menggali talentanya, pada 1991 ia meninggalkan tanah airnya. Menuju Hollywood! Para penggemar menangisinya, tapi tabloid gosip memberitakan hubungannya dengan presiden Meksiko kala itu mulai tercium, dan Salma minggat karena takut diamuk ibu negara!
Di usia 24, ia menyadari sukar bagi aktris Amerika Latin mendapat peran layak di Hollywood, kecuali figuran, babu, atau peran pelacur! Baru pada 1992, ia muncul di peran kecil lewat Street Justice (1991), The Sinbad Show (1993), Nurses (1991), dan babu seksi besutan HBO, seri Dream On (1990). Merasa tak dihargai, ia nekad bicara blak-blakan di TV berbahasa Spanyol dalam acara dengan host komedian Paul Rodriguez pada 1992.
Hidup itu keras, jika kau bisa mentertawakannya, kau pasti menikmati hidupmu. – Salma Hayek
Robert Rodriguez, sutradara One Upon A Time in Mexico (2003), dan isterinya Elizabeth Avellan yang produser, menonton acara itu. Segera mereka memberinya peran dengan lawan main Antonio Banderas dalam film yang kini jadi cult classic, Desperado (1995). Hollywood pun memandangnya dengan tercengang! Rodriguez kemudian memberinya lagi peran dalam From Dusk Till Dawn (1996). Meski yang terakhir peran kecil, berkat bermain dengan George Clooney dan Quentin Tarantino, nama Salma Hayek pun beredar di seantero pusat film dunia itu. Maka tibalah Fools Rush In (1997) dengan lawan main bintang amat populer di seri Friends, Matthew Perry. Bak tak terbendung lagi, Salma akhirnya populer dalam peran lain yang mempertemukannya dengan Russell Crowe di Breaking Up (1997), 54 (1998) dan Dogma (1999), In the Time of the Butterflies (2001), dan Wild Wild West (1999). Ia kemudian mendirikan perusahaan bernama Ventanarosa demi membesut salah satu karya besar penulis Gabriel Garcia Marquez, No One Writes to the Colonel (1999), film yang tayang perdana di Festival Cannes dan mewakili Meksiko di Oscar.
Ingin Matang dengan Indah!
Diam-diam, di kepala Salma dihantui proyek biopik perempuan pelukis asal negerinya, Frida Kahlo. Tokoh yang dikagumi seumur hidupnya itu amat ingin ia layarlebarkan, dan selama delapan tahun ia mengkampanyekan proyek ini.
Kisah seniman berbakat luar biasa, dengan kaki menderita polio dan perkawinannya guncang gara-gara Diego Rivera suaminya berselingkuh itu, lama diincar Madonna, yang pernah memerani Evita (1996). Tapi, Salma telah lama “mengamankannya” dan usahanya tak sia-sia. Frida (2002) pun dirilis, dengan Salma sebagai pemeran utama sekaligus mitra produser. Didukung teman-temannya sendiri: Alfred Molina, Antonio Banderas, Ashley Judd, Geoffrey Rush, Edward Norton dan Valeria Golino, film ini gaet dua Oscar 2003 -- Musik Asli dan Tata Rias -- serta menempatkan Salma pada nominasi Aktris Terbaik.
Ia, yang dipilih People pada 1996, 2003, dan 2008 sebagai satu dari 50 perempuan tercantik di dunia itu, menikah dengan François-Henri Pinault, tepat di Hari Valetine 2009. Sang suami, yang perusahaannya membawahi banyak merek fesyen ternama, adalah duda dengan tiga anak, dan bersama Salma mereka dikarunai satu puteri, Valentina Paloma Pinault, yang lahir pada 1998. Meski menikahi pria kaya menempatkannya jadi aktris terkaya di Meksiko, Salma justru salah satu aktris paling membumi. “Hidup itu keras, jika kau bisa mentertawakannya, kau pasti menikmati hidupmu,” katanya suatu ketika.
“Aku tak suntik botoks, karena wajah bisa tak bergerak. Aku juga tak memutuskan operasi plastik,” kata Salma pada sebuah majalah fesyen. “Aku penasaran seperti apa tampangku jika ubanku mulai banyak. Aku siap dengan peran ibu. Aku bahkan siap jika tak lama lagi dapat berperan jadi nenek,” kata aktris yang sering mengajak puterinya berada di lokasi pengambilan gambar itu.