Mengawali karir sebagai model, dan tampil 'berani' dalam film-film awalnya. Susan Sarandon adalah salah sedikit aktris langka. Bertahan selama setengah abad, dan membuktikan ia memang layak disebut aktris tulen yang masih laku di usia super matangnya.
Berkarir sejak tahun 1970. Tercatat setidaknya pernah bermain dalam 136 judul hingga akhir tahun ini. Peran pertamanya didapat tanpa sengaja, yaitu lewat suami pertamanya, aktor Chris Sarandon, yang membawanya ke sebuah audisi.
Di luar dugaan, perempuan awet muda yang belum lama berulangtahun ke-70 ini malah mendapat sebuah peran kecil. Dari situlah karirnya sebagai aktris merangkak, dan terus menggunakan nama belakang 'Sarandon' sebagai tanda terima kasih kepada Chris, meski mereka lantas cerai di tahun 1979.
Namanya mulai dikenal publik ketika berperan dalam film cult terkenal The Rocky Horror Picture Show (1975). Perlahan tapi pasti, namanya mulai diperhitungkan. Meski sebagian perannya masih mengharuskannya memamerkan tubuhnya yang seksi, tapi akting Susan terus terasah, terutama ketika ia dipasangkan dengan aktor dan aktris berkelas seperti Marlon Brando, Jack Nicholson, Richard Dreyfus atau Michelle Pfeiffer.
Tapi yang akhirnya benar-benar mengukuhkan namanya adalah ketika bermain sebagai Louise Sawyer dalam Thelma & Louise (1991), yang disebut-sebut sebagai film feminis modern yang menampilkan dua perempuan baik-baik dalam kondisi terjepit, dan merubah mereka menjadi sosok perkasa. Film besutan Ridley Scott ini juga membuat Brad Pitt mendadak tenar setelah tampil beberapa menit saja sebagai pencuri sekaligus penggoda Thelma yang diperankan Geena Davis.
Louise memberinya nominasi Oscar ke dua, sebelumnya ia pernah dinominasikan lewat Atlantic City, USA (1982). Bersaing dengan si Thelma alias Geena Davis, tapi keduanya dikalahkan Jodie Foster lewat Silence of the Lamb.
Namun setelah itu Susan mulai sering ditawari peran-peran serius. Ia bahkan berturut-turut mendapat nominasi Oscar dalam Lorenzo's Oil (1992), The Client (1993), dan akhirnya memenangkan piala Oscar pertamanya lewat Dead Man Walking (1995), yang disutradarai suaminya kala itu, aktor pemenang Oscar Tim Robbins. Ia memerankan tokoh nyata suster Helen Prejean yang bertugas untuk menemani seorang kriminal yang siap dihukum mati, Matthew Poncelet (Sean Penn).
Selanjutnya, rasanya Hollywood sudah ia taklukkan, meski resep dicintai Hollywoodnya boleh dibilang simpel. Ibu tiga anak ini mengatakan kalau ia bisa bertahan di Hollywood yang kejam karena berhasil melewati inkarnasi yang diperlukan seorang aktor. "Kadang, mereka (produser dan sutradara) membutuhkan aktor yang seksi. Kadang mereka mencari aktor yang cerdas. Dan barangkali saya bisa melakukan keduanya."
I think the only reason I remain an actor is that you can never quite get it right. So there is a challenge to it. - Susan Abigail Tomalin
Berikut sebagian peran Susan Sarandon yang barangkali belum sempat Anda tonton:
Snitch diangkat dari dokumenter kisah nyata tentang ketidakadilan paska era Reagan tentang hukuman minimum bagi pelanggar tindakan non kekerasan. Bermula ketika putra John Matthews, Jason, ditangkap karena perdagangan narkoba. Mengetahui bahwa anaknya ditipu, John membuat kesepakatan dengan seorang jaksa oportunis sebagai ganti untuk kebebasan anaknya. Ia bahkan lantas menyamar untuk bisa masuk ke dalam dunia perdagangan narkoba yang berbahaya.
Film yang mempertemukan empat pemenang Oscar: Robert De Niro, Diane Keaton, Susan Sarandon dan almarhum Robin Williams. Don dan Ellie Griffin adalah pasangan asal New England yang telah bercerai setelah menikah selama dua puluh tahun dan memiliki tiga anak; Lyla, Jared, dan satu anak adopsi, Alejandro. Dalam persiapan pernikahan Alejandro, Ellie kembali ke rumah Don. Keduanya berpura-pura masih terikat pernikahan saat berhadapan dengan keluarga besar mereka.
Setelah berpasangan dalam Shall We Dance, Richard Gere dan Susan Sarandon kembali bekerja sama di Arbitrage, film terobosan sutradara sekaligus penulis Nicholas Jarecki. Jutawan Wall Street Robert Miller berencana menjual perusahaan untuk persiapan pensiun, tetapi sebuah peristiwa membuat rencananya terancam gagal. Menghadapi keraguan dan tekanan dari berbagai arah, dapatkah Robert tetap hidup tenang di tengah pusaran kebohongan yang ia ciptakan?
Berseting di Cold Spring, N.Y. masa depan. Seorang pria tua bernama Frank, bukan hanya mulai kehilangan ingatannya, namun juga kesepian dan depresi. Tapi sebagai mantan pencuri yang pernah dibui, Frank sama sekali belum kehilangan semangatnya. Melihat ayahnya yang kesepian, anaknya lantas membelikan sebuah robot yang diharapkan bisa menjadi alat bantu kesehatan bagi sang ayah. Awalnya Frank tak suka, tapi lama kelamaan, ia malah menggunakan si robot sebagai asistennya, bahkan ia "mengajak" robot tersebut sebagai partner untuk rencana mencuri berikutnya. Robot & Frank adalah sebuah film yang akan menyentuh hati penonton dengan caranya sendiri.
15 Febuari 2003, menandai kisah unjuk rasa terbesar dalam sejarah manusia. Lebih dari 15 juta orang di 800 kota seluruh dunia berbaur di jalanan untuk melakukan perlawanan terhadap perang di Irak yang semakin dekat. Delapan tahun dalam pembuatan, berlokasi di tujuh negara, termasuk interview dengan Susan Sarandon, Mark Rylance dan sutradara Ken Loach, We Are Many menggambarkan protes terbesar dan terluas yang pernah disaksikan dunia, dan menjelaskan bagaimana hal ini mengubah dunia selamanya.