Menjodohkan Emma Stone dan Ryan Gosling; Pertemukan Lagi Sutradara Whiplash, Damien Chazelle dengan J.K. Simmons. Dirilis Desember mendatang!
Siapa pun terkesan dengan Whiplash (2014) yang berhasil meraup tiga Oscar, di antaranya untuk Aktor Pendukung Terbaik 2015. Film yang mengukuhkan keaktoran Miles Teller dan memberi apresiasi bagi perjalanan panjang karier aktor J.K. Simmons itu tak saja banjir pujian para kritikus, dinominasikan di banyak festival, tapi juga amat disukai para penontonnya di seluruh dunia.
Film tentang penggebuk drum muda di konservatori musik yang digembleng sang instruktur hingga ambang batas kesabaran dan kesakitannya itu, juga mengukuhkan tangan dingin penulis skenario sekaligus sutradara pembesutnya, Damien Chazelle. Chazelle segera menyuguhkan besutan berikutnya yang tampaknya tak kalah menggairahkan, La La Land, yang akan dirilis pada 2 Desember nanti.
Drama roman-komedi-musikal berlatar Los Angeles, tentang pianis jazz yang jatuh cinta dengan seorang aktris ini, mempertemukan Ryan Gosling (Drive, Ides of March, The Big Short) dan Emma Stone (Easy A, The Help, The Amazing Spider-Man, Birdman) sebagai pemeran utama. Bahkan sebelum menontonnya, kita bisa pastikan akting aktor dan aktris ini tak akan mengecewakan. Keduanya tak sekadar berbakat, tapi siap melebur dengan karakter yang mereka perankan. Apalagi mereka sudah lama kenal, ini adalah kali keduanya berpasangan di layar lebar, sebelumnya mereka pernah bertemu dalam Crazy, Stupid, Love dan Gangster Squad.
Tapi La La Land memberi lebih dari sekadar unjuk kebolehan keduanya. Chazelle kembali menghadirkan J.K. Simmons lewat film barunya ini; aktor kawakan ini akan memerankan karakter bernama “Boss.” Juga, penyanyi John Legend yang memerankan tokoh Keith.
Apa sesungguhnya yang ingin dicapai sutradara Amerika Serikat yang juga penulis skenario 10 Cloverfield Lane (2016) lewat La La Land? Dalam situs slashfilm.com Chazelle mengungkapkan visi romatiknya seperti ini:
Saya ingin membuat film musikal kontemporer tentang Los Angeles (LA), dimulai dengan LA yang kita kenal melalui gambaran kota metropolis romantik – yang secara tepat sebagai mimpi yang menginsirasi. Saya ingin film musikaI tentang ritme tak biasa LA yang menggugah warganya hingga pada puncak emosi – mereka bisa berharap, mungkin putus asa, atau saling jatuh cinta. Bayangkan sesuatu yang berjalan pelan menuju kegilaan seperti dalam The Graduate atau Boogie Nights, bayangkan Anda terdorong lebih dari itu. Dalam film ini, kota menggugah warganya dari semua sisi: mendorongnya masuk dalam sebuah tembang yang indah.
Ah, La La Land yang siap membuka Venice International Film Festival pada 31 August nanti, sungguh membuat pekerjaan menunggu akan sangat menguji kesabaran kita!