Apa jadinya jika jenius Hollywood membesut tema perang berdasar kisah nyata Dunkirk, setelah bikin film amat cerdas Memento, fiksi ilmiah memukau Interstellar, kisah imajinasi filosofis macam Inception?
Diperlukan lebih dari dua dekade melayarlebarkan Dunkirk bagi Christopher Nolan. Inilah sebagian kisah di balik layar film yang dirilis Juli ini!
Di antara padatnya rilis baru tontonan musim panas, yakni film adaptasi buku komik, sekuel waralaba besar, juga reboot dan daur ulang, jangan lewatkan Dunkirk yang dibesut Christopher Nolan dan dirilis bulan ini.
Mengisahkan evakuasi tentara sekutu di wilayah bernama Dunkirk selama Perang Dunia II, inilah drama perang dan satu dari kisah paling legendaris di abad ke-20. Asal tahu saja, jauh sebelum Nolan membesut trilogi Batman, satu dari blockbuster paling sukses, Dunkirk telah menghantui pikirannya. Selama dua puluh lima tahun!
Jenius Hollywood yang di usia 7 tahun sudah membuat film pendek ini, dikenal sebagai sutradara yang biasa menulis sendiri naskahnya. Seringkali gagasan ceritanya tak biasa, dengan gagasan visual yang bisa luar biasa. Semua rekam jejaknya menunjukkan gambaran seperti itu.
Lalu, apa yang dilakukannya untuk Dunkirk, film Nolan yang tentu paling membumi mengingat kisahnya berdasarkan sejarah?
Dibintangi Tom Hardy, Kenneth Branagh dan Mark Rylance, yang terpilih sejak akhir 2015, aktor Fionn Whitehead sebagai pemeran utama terpilih hampir setahun kemudian. Film ini juga didukung James D'Arcy, Barry Keoghan, Tom Glynn-Carney, Aneurin Barnard dan Harry Styles. Yang terakhir ini, semoga Anda paham benar, anggota boyband yang digilai cewek sedunia, One Direction. Nolan tampaknya sengaja memilih aktor yang semuanya asli Inggris.
“Dunkirk,” Dua Puluh Lima Tahun Lalu Hanya Gagasan
Nolan menemukan ide cerita Dunkirk saat ia dan istrinya, Emma Thomas, berlayar melintasi Selat Inggris ke Dunkirk. Ia lalu menulis sebuah skrip 76 halaman, terpendek yang pernah ditulisnya. Sutradara ini juga membuat struktur perhitungan layaknya matematik secara tepat, yang membutuhkan dasar karakter fiktif, dan bukan dari saksi mata yang sebenarnya.
Ia kemudian memutuskan, film ini dikisahkan secara triptych alias tiga perspektif, yakni Udara (pesawat), tanah (pantai) dan laut (evakuasi oleh angkatan laut).
Dunkirk makin menarik salah satunya karena “kontradiksi”: Ini bukan kisah kemenangan, tidak melibatkan Amerika, namun ada tuntutan tinggi sebagai film harus diproduksi dalam skala besar.
Nolan juga mencoba menarik penontonnya dengan narasi pembuka yang terdengar bak kalimat pembuka novel yang luar biasa: “Saat 40.000 tentara tak bisa pulang,…rumahlah yang mendatangi mereka.”
Ikuti lanjutan artikel ini, karena begitu banyak sisi yang dibisa dikisahkan Dunkirk. Di antaranya, demi film ini, Nolan harus menemukan jenis kamera dan teknologi baru agar mewujudkan ide visual yang ada di kepalanya jadi tontonan yang menggaruk-garuk emosi dan memanjakan mata. Bikin penasaran, kan?